4 Des 2010

Day #3 : Sedih 2

      dentingan tetes hujan itulah yang memanggil kau datang kesini,
wahai tuan sedih. berbalut kabut bahagia. kita bercakap sepanjang
terang malam. kau bercerita kepadaku tentang sebuah letupan bernama
kesenangan.

      "sudahkah kau menagis?" ucapmu kepadaku. lalu mengapa
hujan ada disini? sepanjang yang aku tahu hujan tidak suka
menangis. hujan tidak basah seperti tangis, tidak pula kering seperti tawa.
hujan berbentuk haru. dan gelak derai berwajah sendu.

      kau pergi bertubuh rasa. "nanti kukabari lagi.
akan kutitipkan pada hujan," kau berbisik, agar aku menikmati
gelisah.

      aku sedang jatuh cinta pada kesedihan. suka juga bukan,
saudara? ya, indah. lihatlah bagaimana aku akan
mengombal dan membual kepadanya. dan memberinya sebuah resah,
untuk kita bersama.

3 Des 2010

Day #2 : Sedih

Aku ingin bersedih,
sedih itu indah.
curam dan tajam

sedih itu ada pada tawa,
tragis kawan.
tiadalah aku bisa mengira
jika aku ada disana seketika.

Aku ingin bersedih,
sedih itu nikmat.
pedas dan keras

sedih itu ada pada kata,
lancang kawan.
tak usahlah kita bercakap
sungguh itu tiada bahasa.

Aku ingin bersedih,
sedih itu kita.
lemah dan lelah

sedih itu ada pada tubuh,
rapuh kawan.
maka aku akan mencumbu
dan membunuh dalam pilu.

2 Des 2010

Day #1 : Benak Nyonya

Tiadalah kata yang dapat kuucapkan
untuk kau nyonya,
bahkan tidak untuk diriku.
Semalam.
Ketika aku tiada kembali,
bukan karena aku tidak cinta kau.
tapi karena ada bulan.

Tidak tega aku terhadap tubuhmu
sudah lama aku tidak mencumbunya.

Membenak.
Terbelalak.

Silahkan dicium nyonya.