13 Mar 2012

Long Time No See

Lama tak berjumpa dengan tumblr ini. Lama juga tidak bersua dengan blog. Itu artinya saya lama tidak menulis dan berbagi cerita. Berbagi cerita dengan diri ini saja lama tak saya lakukan, sungguh suatu nasib yang malang. Malang, layaknya malam yang ditinggal tidur oleh orang-orang. Lengang.

Sekarang sudah banyak berubah. Saya lebih banyak berkata-kata dan bercerita di twitter. Pembelaan dari diri, menuliskan di twitter itu cuma bagian cari mencatat biar tak lupa untuk dijelaskan lebih lanjut di tumblr dan blog. Namun ternyata saya mangkir, tidak menjelaskan lagi catatan itu sama sekali. Itulah pertanda terhadap diri sendiri saja manusia bisa mangkir, terutama saya.

Sekarang sudah banyak berubah. Kampus tidak seperti dulu lagi, terasa sepi. Entah karena saya yang menyepi sendiri. Entahlah. Hidup memang terlalu banyak tanya yang harus dijawab.

Saya dan kawan-kawan angkatan masuk di kampus dulu sudah semester lima sekarang, itu artinya tingkat tiga. Dalam budaya kampus dan jurusan saya, tingkat empat kebanyakan sudah lulus. Jadi logikanya wajar kalau jadwal mulai tidak sama, di kampus sudah mulai jarang ketemu, kesibukan masing-masing semakin banyak, kemana-mana selalu sendiri. Secara logika itu wajar terjadi. Kalau saya tambahkan, barangkali efek dari dulu kami memang tidak diciptakan untuk kompak dan bersama. Sudahlah, tak usah dikenang. Sudah setengah perjalanan lebih kata mereka. Ibarat nasi sudah jadi bubur. Tak ada yang salah dan tak ada yang bisa dipersalahkan.

Jika ditanya apa kabar setelah sekian lama saya tidak berbagi cerita dengan diri sendiri? Atau kejadian apa saja yang telah terjadi agar bisa saya bagi saat ini? Banyak. Pastinya saya akan jawab, sekarang sudah banyak berubah. Ada senang, dan banyak juga tak senangnya.

Intinya seperti ini, saya merasa seperti kehilangan diri saya. Aneh kedengarannya memang, tapi itulah yang terjadi sepertinya. Lihat saja berapa lama saya tidak lagi berbicara dan berbagi cerita dengan diri saya sendiri. Penyebabnya? Teman, ya. Suasana, ya. Tapi yang pastinya diri saya sendiri. Ada euforia-euforia yang hilang dari saya dan lingkungan saat ini yang hilang menurut saya. Semacam siklus yang berefek buruk. Bahkan terhadap senyum saya sekalipun. Dia hilang bersama tawa.

Seminggu belakangannya ini saya sering memutar film Gie. Saya melihat betapa bosannya dia menjalani hari-harinya setelah dia dan teman-temannya berhasil menggulingkan pemerintahan di zamannya. Mungkin kebosanan seperti itu yang saya rasakan sekarang. Tak ada hiburan. Musik tidak lagi terdengar merdu ditelinga ini. Festival berskala internasional sekalipun tidak lagi menarik untuk dikunjungi. Karokean hanya menimbulkan tawa sesaat yang hampa. Asap rokok sudah tidak lagi begitu nikmat untuk dihisap. Semuanya tawar dan semu. Saya benci keadaan ini.

Sepertinya sudah tidak ada kata yang dapat menggantikan maksud saya saat ini. Kuliah sedang tidak menarik, organisasi mahasiswa hanya segitu-gitunya, media sedang banyak kesibukan tapi tidak minat, kegiatan di kampus hanya sekedarnya dan tidak lagi membuat tawa. Lelah. Titik.

Jika kumati di tanah ini tolong sampaikan kepada ibuku, ku tak akan pulang lagi.

(Tulisan ini dipost kurang lebih tiga bulan yang lalu di tumblr Kota Yang Pergi)