29 Jun 2010

KKN di tasikmalaya dan ciamis

Depan Mejid Ciamis

Ini merupakan KKN saya dan teman teman di Psikologi UPI bandung. Eiittss, , tunggu dulu jangan kira kami adalah mahasiswa tingkat tiga atau semester tujuh yang sungguh sungguh telah melakukan KKN (kuliah kerja nyata), kami masih mahasiswa tingkat pertama yang melakukan KKN. Istilah KKN keluar dari Maki untuk menipu beberapa teman lain yang tidak ikut, entah apa makna KKN versi kami saat itu, saya sendiri tidak tahu.

Allright saya perkenalkan teman teman yang yang ada dalam misi kali ini terlebih dahulu berdasarkan foto di atas. Paling kiri dari arah kita melihat sekarang itu Kang Jea Arpan (Zea Arfan), posisinya sebagai sopir satu. Orangnya tinggi jangkung sekali kan? sehingga untuk mengambil tiket ketika masuk jalan tol saja harus buka safty dulu karena tangannya tidak kesampaian. Sebelah Kang Jea namanya Chandra Rastapari (acheng), lagu kesukaannya "resiko orang cantik" dari blackout. Berikutnya yang pakai baju itam itu saya sendiri, orang yang baru pertama kali menginjakkan kali di Tasikmalaya dan Ciamis. Selanjutnya bernama Neng Uni (Andaruni Trina Lestari) dibilang mirip Neng Norma adik Kang Jea, ketika kami tiba di rumah keluarga Kang Jea oleh kakek Kang Jea. Cewek berikutnya namanya Teteh Astri Achiw (lupa nama aslinya) BB baru dan kawat baru itu boo. . Yang pakai baju merah bogohan na Teteh Aciw, namanya Kakang Parhan Jakarya (Farhan Zakarya), ini orang sunda pisun lah, sunda nya bangeut bangeeuutt bangeeuuuttt. Selanjutnya itu bernama Makki Bao (Makki Zainudin) dia punya lebih dari dua ribu profile picture di facebooknya, kata orang orang di luar sana. haha. Ya itulah teman teman saya yang ada dalam perjalanan KKN kali ini. Thx buat semuanya (apaan sih?)



depan kantor jurusan sebelum berangkat.

Kami berangkat hari kamis 23 juni 2010, setelah seharian berkutat dengan urusan FRS SP kami. Ini merupakan perjalanan pertama saya ke Tasikmalaya, jujur saya tidak pernah membayangkan bahwa Kota Tasik yang selama ini saya tahu akan seperti yang saya lihat. Sebelum perjalanan ini saya menyangka Tasikmalaya hanya lah sebuah kota kecil dengan peradaban yang tidak terlalu tinggi. Setelah melihat dengan mata kelapa sendiri saya sangat terkejut, ternyata Kota Tasikmalaya memiliki peradaban yang sangat tinggi, Tasikmalaya seperti kota tua dengan banyak bangunan bangunan tua, walau kami sampai disana sudah malam dan gelap tapi saya bisa merasakan itu, sekilas saya lihat dalam perjalanan banyak terdapat bangunan tua bahkan mungkin peninggalan zaman penjajahan.

Perjalanan dari Bandung menuju Tasikmalaya meningatkan saya akan daerah saya yaitu sumatera barat. Jalan ini sungguh sangat serupa dengan jalan-jalan dari Padang-Payakumbuh, dengan jalan berkelok-kelok, hutan yang lebat, jurang yang dalam di sepanjang jalan, ahh ini sungguh ingin membuat saya kembali lebih cepat ke daerah asal saya, sayang sekali ini sungguh sangat jauh.

Apalagi ketika memasuki nagreg. Nagreg itu jalan lintas selatan dari Bandung dengan pendakian yang sangat menanjak, setiap musim liburan dan lebaran nagreg akan selalu terkenal dengan kemacetannya. Saat memasuki nagreg saya merasakan telah tiba di Slayiang sebuah jalan di dekat Lembah Anaisebelum Kota Padang Panjang di Sumtera Barat, macetnya juga sama kalau sudah tiba musim liburan dan lebaran, tapi sayang jarang diekspos media massa, tidak seperti Nagreg. Bahkan Slayiang menurut saya lebih parah daripada Nagreg, bahkan Slayiang juga sering mengalami longsor dan akan memperparah keadaan lalu lintas.

singaparna.

Setelah singgah di rumah Teteh Aciw di daerah yang saya gak tahu namanya yang pastinya di masih dekat Universitas Siliwangi (UNSIL) Tasikmalaya untuk mengantarkan Neng uni dan Teteh Aciw. Kami melanjutkan perjalanan ke Singaparna ke rumah keluarga Kakang Parhan. Singaparna daerah dengan banyak sekali ikan dan semua rumah memiliki kolam ikan. Menurut Kakang Parhan setiap orang Singaparna pasti memelihara ikan dimanapun mereka berada, walau mereka tidak memiliki kolam ikan setidaknya mereka memiliki aquarium untuk ikan mereka, "Impian orang singaparna punya rumah dan kolam ikan dan itu sudah turun temurun. Saya nanti kalau sudah berkeluarga juga akan seperti itu" begitulah kata Kakang Parhan yang saya ingat.

Di Singaparna saya di ajak bahasa sunda lemes oleh keluargnya Kang Parhan. hahaha. Ya jelas saja saya tidak akan bisa, saya cuma bisa mengangguk angguk yang kata orang sunda namanya "muhun". Tapi disini lah kelbihan orang sunda, jika mereka mengetahui saya orang luar sunda mereka akan memberikan apresiasi yang lebih terhadap saya yang menurut mereka datang dari jauh. Itu yang membuat saya salut dengan orang sunda.

wajah wajah terbaik

Setelah menginap di Singaparna paginya kami kembali ke Tasikmalaya dan habis sholat jumat di Tasikmalaya kami melanjutkan perjalanan ke Ciamis. Perhatikan mulut Teteh Aciw di atas, itu karena kawat gigi baru boo... makanya ada yang nyelet di gigi dan sariawan juga. Jadi bagi anda yang ingin menggunakan kawat di gigi siapkan lah tusuk gigi terlebih dahulu dan jangan lupa beli vitamin C yang banyak. hahaha.

Cirahong
Menuju Kota Ciamis kami melalui Jembatan Cirahong yaitu jembatan yang menghubungkan jurang dengan panjang mungkin lebih dari 200 meter. Cirahong merupakan perbatasan antara Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis. Jembatan ini adalah peninggalan belanda dengan tujuan utama rel kereta api, jadi diatas jembatan ini ada rel kereta api. Sayang sekali sewaktu kami tiba disini tidak ada kereta api yang sedang lewat.


depan mesjid ciamis, sambil minum kopi coca colla.

dirumah keluarga kang zea.
Saat di Ciamis kami singgah di rumah keluarga besar Kang Zea saya kembali di hadapkan pada apresiasi yang begitu besar dari orang sunda, karena mereka tahu bahwa saya datang dari seberang. Disini saya menemukan makanan yang bernama ranginang sejenis makanan yang terbuat dari beras, saya merasa ini mirip dengan batiah makanan khas Payakumbuh, cuma ranginang lebih keras daripada batiah.

Ternyata Ciamis udara pantainya sudah terasa karena kota ini memang sudah dekat dengan pantai Pangandaran. Tapi Kota Ciamis sangat tertata dengan rapi tidak ada samapah dimanapun, ini membuat saya iri tidak seperti Payakumbuh apalagi Padang.  Kota Ciamis semakin mengingatkan saya kepada Payakumbuh, walau kecil tapi apik dan nyaman. Apalagi di Ciamis ada Taman Raflesia, entah kenapa mereka memiliki raflesia? Saya ingin mencari tahu alasannya itu.
Taman raflesia.
 

Keesokan harinya kami balik lagi ke Tasikmalaya sekalian balik ke Bandung. Tiba di Tasikmalaya papa dan mama Teteh Aciw mengajak kami makan di sebuah tempat yang lumayan terkenal di Tasikmalaya. Makan dengan nasi yang sudah dimasak sekalian dengan ayam dan telur, jadi memasak nasi dengan memasukkan ayam dan telur ke dalamnya, tapi sayang sekali saya lupa namanya. Kata Papa Teteh Aciw makanan ini awalnya dari anak pesantren yang ingin memasak dengan mudah, sampai akhirnya banyak peminat dan dijadikan usaha makanan oleh penduduk setempat. Tapi rasanya sanagat enak, apalagi disuguhkan dengan peiuknya sekalian dalam keadaan yang masih hangat. Bisakah ini mengalahkan masakan padang? hahaha.

makan bersama keluarga Teteh Aciw

Setelah makan kami kembali lagi ke Bandung dan meninggalkan Tasikmalaya yang beberapa waktu kemudian di guyur gempa. Good bye Tasikmalaya dan Ciamis, saya akan merindukan suasana Kota ini.

6 komentar:

  1. pertamax! (kampring si sayah. haha )

    ngakak laaaah saya baca post iniiii! huahahaha
    nice review kang ;)
    tapi kok banyak salah redaksi ya kang? apakah itu disengaja??? tapi saya ga mau nama saya dirubah-rubah! perlu andha ketahui, nama saya Andaruni Trina LESTARI!!
    eeeh kok CIRAHONG nya manaa?? dilewaaat??

    BalasHapus
  2. hahahaha
    (lmao)

    hampura hampura neng,,
    itu mah leuwi ka salah ketik,,
    ckckkc
    da ini belum selesai reviewnya neng,,
    duo homo na belum kelihatan,
    monyet manjat kelapa belum, makan2 juga belum, mang mang jual kelapa juga bleum hahhaa

    BalasHapus
  3. iyeyyy,, pretttt tp mantap..
    perlu andha ketahui iiaa, saya bukan.a pendek, tetapi mungkin saya blm terbiasa membawa kendaraan espass ok..

    ngaran urg lain jea, tp zea kang..

    krg panjang critanya kang...

    BalasHapus
  4. ahh eta mah alasan wae, da dasar na emang pendek,,
    hahhaha

    kan cerita na orang sunda kang, makanya pakai 'j' buat 'z' dan 'p' buat 'f'..
    ckckkckc

    iya ini masih bnyak kekurangan ya,,
    tapi males juga euy bahas semua, asal teu penting kitu..
    hehehhe
    ntar deh diperbaiki lagi kalau lagi gak ada kerjaan..

    BalasHapus
  5. ramena euy,,
    komnet komenan di dieu,,

    BalasHapus